Lia Puji Lestari adalah salah satu Sobat Studentpreneur yang sering
sekali mengikuti event-event Studentpreneur. Tampilannya yang sangat
menarik dan fashionable biasanya membuat anggota komunitas
Studentpreneur lainnya mengelilingi dan berusaha berkenalan. Ternyata,
selain berparas cantik dan menarik, Lia ini juga merupakan seorang
pebisnis muda yang cukup berhasil. Borneo Be, brand fashion yang
didirikannya sesaat setelah lulus kuliah, berhasil memberikan
penghasilan yang lumayan dan juga mempunyai misi sosial, mengenalkan
budaya Kalimantan ke masyarakat Indonesia. Berikut perbincangan menarik
antara Lia Puji Lestari dengan tim Studentpreneur.
Untuk Sobat Studentpreneur yang belum tahu, apa sih Borneo Be itu Lia?
Secara singkat, Borneo Be adalah bisnis aksesoris yang tidak cuma
berorientasi profit, tapi juga sebagai media edukasi budaya khususnya
budaya Dayak dari Kalimantan. Borneo Be didirikan pada bulan November
2012, tepat 2 bulan setelah Saya lulus kuliah.
Kenapa Anda tertarik untuk mengangkat budaya Dayak?
Kebetulan waktu semester 7 Saya mengikuti proyek dosen tentang
traditional craft industry di Indonesia. Saya bertemu dengan cluster
pengrajin mutu manikam Kalimantan. Mutu manikam adalah bahasa lokal
untuk manik-manik. Namun, selama 1 bulan tinggal bersama mereka, mereka
sering mengeluh soal kecilnya minat pasar Indonesia terhadap produk asli
dayak ini. Mereka bilang kalau orang luar negeri lebih menghargai
manik-manik mereka. Kalau menurut Saya, malah bertentangan, mutu
manikamnya unik dan bagus, cocok sekali untuk perhiasan.
Dan akhirnya Anda menjadikannya bisnis?
Menurut Saya dengan sedikit kreasi dan bisa mengikuti tren, pasti
banyak orang yang suka. Apalagi setelah Saya tahu dari para pengrajin
bahwa mutu manikam ini sangat sakral untuk suku Dayak, Saya jadi semakin
tertarik untuk memperkenalkannya pada masyarakat.
Kenapa Anda berani terjun ke bisnis, ketika banyak pengrajin tersebut mengeluhkan pasar yang kurang berminat?
Soalnya yang Saya perhatikan, para pengrajin sangat ahli dalam hal
memproduksi mutu manikam Kalimantan, tapi mereka kurang peka terhadap
tren, kurang peka dengan pasar. Saya percaya diri bisa mengikuti trend
an pasar lebih baik dari mereka. Ya sudah Saya coba membangun bisnis
Borneo Be dan pasarkan di Indonesia, tentunya dengan desain aksesoris
yang fashionable dan sesuai tren. Ternyata hasilnya sudah seperti yang
Saya duga, pasar remaja di Indonesia pada suka. Laris manis deh.
Dari situ Saya juga menyisipkan edukasi budaya ke konsumen
pelan-pelan sambil mengajak mereka untuk ikut melestarikannya sekalian.
Dari awal, Borneo Be bukan hanya sekedar bisnis, tapi juga misi sosial.
Seberapa besar keuntungan yang berhasil didapatkan oleh Borneo Be?
Alhamdulillah sudah masuk belasan juta rupiah tiap bulannya.
Harapannya dengan semakin banyaknya masyarakat menyadari betapa indahnya
mutu manikam dari Dayak, maka keuntungan dari Borneo Be juga ikut
terkatrol.
Borneo Be ini bisnis pertama Anda?
Iya. Benar-benar dari nol, tidak tahu apa-apa soal bisnis. Tidak
seperti beberapa teman lainnya yang sudah ada basic bisnisnya atau
setidaknya pernah coba-coba bisnis lain. Borneo Be benar-benar bayi
pertama Saya.
Bisnis pertama dan langsung lancar?
Tentu tidak! Hahaha… Pada awalnya Saya kesulitan mencari sistem
pemasaran yang pas. Soalnya saya kan kuliah di teknik, lulus dicetak
buat jadi pegawai, bukan entrepreneur. Akhirnya ketika mulai bisnis hal
pertama yang bikin stres adalah bagaimana mencari sistem pemasaran yang
sesuai dengan model bisnis Borneo Be. Apalagi Saya baru lulus, ada
perang antara idealisme sebagai desainer murni dan memanfaatkan hasil
didikan selama kuliah dengan kondisi di lapangan yang membuat Saya ingin
berbisnis.
Namun, Saya tidak mau menyerah. Akhirnya setelah belajar dan ikut
kursus selama 1 bulan, mulailah mindsetnya berubah, dan dari sana
berhasil menemukan sistem pemasaran yang pas. Alhamdulillah pembeli
mulai berdatangan dan membuat Borneo Be bisa berkembang.
Pernah dibuat sebal dengan pelanggan?
Pernah dulu ada pelanggan ingin membuat custom bracelet. Kemudian,
pelanggan meminta kriteria a b c d e. Kami sudah menuruti sesuai
pesanan, namun malah pelanggan plin plan dan meminta revisi yang sudah
sangat berbeda dengan permintaan awal. Pernah juga ada pelanggan yang
membeli untuk kado. Biasanya mereka meminta dilayani dengan sangat cepat
dan tidak mau antri sesuai urutan order. Padahal kalau di Borneo Be
siapa yang lebih dahulu SMS Customer Service untuk order, itu dulu yang
dilayani. Siapa yang lebih dulu order dan transfer, itu dulu yang
dikirim. Tapi kami di Borneo Be berusaha untuk terus melayani pelanggan
dengan maksimal.
Anda marah terhadap pelanggan tersebut?
Tidak pernah, selalu disabarin saja. Borneo Be berusaha meniru
Customer Service bank atau perusahaan provider. Pelanggan ingin komplain
atau menyebalkan seperti apapun juga Borneo Be tetap harus sabar dan
tenang melayani, tidak boleh balas menantang atau marah-marah. Kami
berusaha menjalin hubungan personal yang baik dengan pelanggan.
Secara singkat, bagaimana strategi marketing yang diterapkan oleh Borneo Be?
Saat ini marketing fokusnya 90% online dan 10% offline. Kalau online kita optimalkan di website www.borneobe.com
yang berbasis content dan online store. Di website, Anda bisa
mendapatkan konten-konten mengenai budaya Dayak serta berbelanja
manik-manik tradisional dari Borneo Be. Selain itu, Borneo Be juga
berusaha sangat eksis di sosial media. Kalau offline, kami biasanya ikut
bazar fashion yang ramai dikunjungi anak-anak muda. Target kami saat
ini memang lebih ke anak muda yang mengikuti fashion.
Bagaimana cara Anda untuk tetap update terhadap tren fashion yang ada?
Saya sering browsing-browsing internet soal fashion dan tren baru.
Terus, setiap minggu ke dua, brainstorming ide produk baru sekalian
membuat contohnya. Saya juga berteman dengan banyak fashion blogger,
salah satunya yang paling akrab adalah Chrisnawati Novia. Dia suka
sekali dengan Borneo Be. Bahkan, Christmas kemarin kami membuat outfit
fashion bersamaan, menciptakan sebuah produk fashion yang sangat keren.
Saat ini Borneo Be juga berusaha berteman dengan semua fashion blogger.
Kami ingin berkolaborasi dengan bisnis fashion lain untuk membuat
outfit-outfit seru seputar fashion.
Manik-manik buatan Anda juga bisa custom?
Yes. Itu termasuk salah satu kelebihan Borneo Be. Pelanggan juga
hanya perlu menunggu 2-3 hari untuk manik-manik hasil desain mereka
sendiri selesai dibuat. Untuk harga sendiri mengacu pada kesulitan
desain awalnya. Tapi, dengan memberikan manik-manik custom, pelanggan
jadi mempunyai kreativitas dan kebebasan lebih untuk melakukan padu
padan antara baju dan manik-maniknya.
Kami dengar Borneo Be sempat mengikuti lomba bisnis dari salah satu perusahaan besar. Kenapa?
Sebenarnya Saya mempunyai dua cita-cita besar untuk orang tua. Saya
ingin bisa sukses di bisnis dan ada prestasi atau penghargaan dalam
bisnis tersebut. Penghargaan bergengsi kan biasanya datang dari lomba,
ya sudah berarti Saya harus ikut lomba. Kebetulan lomba terdekat adalah
Wismilak DSC, dan kebetulan Saya sudah siap ikut lomba. Alhamdulillah
lolos sampai tahap akhir meskipun tidak jadi menang. Saya masih
mendapatkan pengalaman yang luar biasa, banyak mentoring yang berguna
bagi Borneo Be, serta koneksi dan teman-teman yang hebat-hebat
bisnisnya. Pandangan Saya jadi terbuka, bahwa anak muda juga bisa besar
bisnisnya apabila ditekuni dengan serius.
Anda juga sangat aktif dalam komunitas Studentpreneur, tidak takut waktu Anda tersita?
Menurut Saya, berkomunitas dan mencari koneksi tambahan adalah salah
satu hal wajib yang harus dilakukan oleh pebisnis. Di komunitas
Studentpreneur, Saya mendapatkan banyak teman-teman pebisnis muda yang
luar biasa. Kami sering bertukar pengalaman dan berbagi keluhan tentang
bisnis. Belum lagi biasanya ada pebisnis senior yang berbaik hati
membagi pengalamannya ke anak muda yang baru mulai terjun di bisnis
seperti Saya. Jadi ya, menurut Saya aktif berkomunitas seperti yang Saya
lakukan di komunitas Studentpreneur justru akan memberikan dampak
positif pada Borneo Be.
Menurut Anda, apa yang anak muda harus lakukan kalau ingin berbisnis?
BERANI. Kebanyakan anak muda kalau mau bisnis kan pada takut ini itu,
takut bangkrut lah, ga lakulah, nanti salah startegi, dan lain-lain.
Yang penting berani saja, kalau mau ambil keputusan dalam suatu bisnis,
segera eksekusi, tidak perlu takut. Pada akhirnya bisnis itu tidak
seseram yang dibayangkan anak-anak muda kok, enjoy aja.
Sumber : http://studentpreneur.co/gadis-cantik-ini-melestarikan-budaya-sambil-berbisnis/