Di Jember, seorang gadis yang hobi membuat handicraft berani memulai bisnis scrap. Padahal,
masyarakat kota tersebut belum mengenal produk itu. Siswi kelas 3 SMA
di salah satu sekolah swasta ini memulai bisnisnya pada akhir tahun
2012. Selama dua tahun ini, Valkrisda Caresti Botha berhasil meraup jutaan rupiah dari bisnis scrap.
Bagaimana awal mula gadis yang lahir di Surabaya, 14 September 1996 ini
dalam menjalani bisnis yang ia namakan Syawnscrap tersebut? Mari kita
dengar penuturan anak kedua dari dua bersaudara ini!
Halo, Val! Bisa ceritakan tentang bisnis kamu? Bisnis kamu bergerak di bidang apa?
Halo! Saya berbisnis handicraft di bidang scrap sejak akhir tahun 2012. Brand Saya bernama Syawnscrap. Nama Syawnscrap itu punya arti. Awalnya, Syawnscrap itu dari kata Syawnlight, dimana syawn adalah suara perempuan terbang, dan light adalah sinar. Nah, Syawnlight itu mempunyai arti, yaitu
perempuan yang bersinar terbang untuk mencapai cita-citanya. Berhubung
bisnis Saya punya beberapa macam, salah satunya di bidang scrap, jadi suku kata belakangnya diganti Syawnscrap.
Bisnis Saya bukan cuma scrapbook, tapi ada scrapcard dan scrapframe juga. Scrapframe itu menata scrap dalam frame. Kalau scrapbook, kita buat scrap di dalam album. Sedangkan scrapcard dibuat di kartu.
Wah, coba ceritakan nama Syawnscrap itu lebih lanjut dong? Memang cita-cita kamu apa sih?
Nama Syawnscrap itu Saya banget. Saya memang suka seni, dan Saya
ingin punya cita-cita jelas. Saya nggak mau seperti orang lain, yang
ketika ditanya cita-citanya apa, mereka jawab tidak tahu. Dari kelas 5
SD, Saya bercita-cita menjadi arsitek dan mempunyai bisnis berlabel
sendiri. Saat kelas 2 SMP, Saya memikirkan apa nama yang unik yang bisa mewakili diri Saya. Waktu SMP, cita-cita Saya berganti dari arsitek menjadi interior designer. Saya juga bercita-cita menjadi seorang wanita pekerja yang multitalenta. Selain di bidang design, Saya juga harus punya bisnis clothing dan masakan. Nah dari situ, Saya mencari nama, lalu Saya menemukan nama Syawnlight yang Saya jadikan brand bisnis kecil sampai sekarang.
Terus, kenapa dulu Val memilih untuk berbisnis scrap?
Saya suka kasih kado yang unik ke sahabat, seperti kado handmade. Menurut Saya, itu lebih berharga dan bernilai karena itu adalah jerih payah tangan Saya sendiri. Setelah Saya membuatkan kado handmade untuk sahabat, banyak teman yang lihat dan suka. Terus, mereka mau pesan. Awalnya, Saya sempat nggak mau berbisnis scrap,
karena itu adalah hobi Saya. Saya takut kalau Saya jadi terlalu tergiur
sama uang nantinya, padahal itu adalah hobi. Awalnya, saya menolak.
Tapi lama kelamaan, Saya menjadikan hal ini sebagai bisnis setelah Saya
sadar kalau Saya bisa membantu orang lain yang mau memberikan sesuatu
yang spesial. Saya bisa membantu mereka lewat tangan Saya. Puji Tuhan,
sampai sekarang, Saya tetap bisa melakukan bisnis dengan
lancar, tidak bosan, dan tidak terpaku pada uang. Setelah itu, Saya
serius menjalani bisnis ini karena kebetulan papa Saya berhenti bekerja,
jadi Saya dapat uang jajan tambahan untuk membeli keperluan, seperti
buku sekolah dan seragam sekolah.
Apa yang membedakan produk scrap kamu dari yang lain, Val?
Scrap Saya pasti berbau vintage. Lalu, kalau Saya membuat scrap, Saya harus menyesuaikan dengan tema yang diminta sama pelanggan. Customer Saya harus menceritakan kenapa dia mau memesan scrap,
dan kenapa dia memilih tema tertentu. Kalaupun dia belum tau temanya,
Saya bisa membantu menemukan temanya dari cerita yang dia sampaikan.
Selain itu, sesuai sama nama scrap, Saya tidak 100% membeli
bahan, karena ada bahan yang Saya buat dan edit sendiri. Ada juga yang
pakai bahan sisa atau mendaur ulang barang begitu. Contohnya, saya
melakukan daur ulang dari kain, atau dari barang-barang yang sudah nggak
terpakai di rumah. Ada baju berenda nggak terpakai, Saya pakai lagi
renda-rendanya. Terus, ada undangan pernikahan berpita, Saya pakai lagi
pitanya, nanti Saya rangkai renda dan pita itu sendiri. Saya juga pernah
ambil tatanan kue dari kertas emas di pesta ulang tahun teman buat
bahan scrap.
Saya berpikiran untuk me-recycle barang bekas karena sangat jarang orang yang berjualan bahan scrap di
Jember. Jadi, beberapa bahan harus Saya rangkai sendiri. Kadang-kadang
saat Saya melihat barang bekas yang tidak terpakai, Saya ambil dan Saya
coba rangkai.
Selama ini, produk paling laris dari bisnis scrapmu apa, Val?
Produk yang paling laris itu scrapframe untuk kado ulang tahun dan anniversary. Semua Saya buat sendiri 100% tanpa bantuan orang lain. Soalnya, di rumah, nggak ada yang telaten untuk membuat handicraft.
Selama ini, scrap terunik yang pernah Saya buat adalah scrap bertema hutan. Itu tema yang unik, soalnya kebanyakan tema itu umum-umum, seperti cinta, vintage, floral, travelling, pink. Nah, hutan ini tema yang baru. Membuatnya sekitar 10 hari.
Customer kamu paling banyak datang darimana, Val?
Dari Jember, karena Saya nggak menerima order ke Surabaya atau kota
lain. Sebenarnya, banyak order dari Surabaya dan sidoarjo, tapi Saya
takut pecah. Apalagi, tidak semua orang mau ongkos kirim untuk barang
pecah belah yang mahal. Jadi, Saya minta mereka untuk menunggu waktu
Saya pergi ke Surabaya.
Yang pesan biasanya mahasiswa dan pekerja, hanya saja lebih didominanasi sama teman sebaya.
Di Jember, scrap memang masih belum booming. Tapi, Saya
yakin peluangnya besar karena Saya menjadi penggagas pertama. Itu
peluang yang Saya pegang dari pertama kali berbisnis. Jadi, setelah
nanti Saya sudah mem-booming kan scrap di Jember, pengalaman Saya dalam berjualan scrap sudah lumayan mantap.
Sulitnya apa sih berbisnis scrap ini, Val?
Sulitnya itu di perkenalan produk. Scrap itu bisa dibilang seninya orang-orang kota. Sedangkan orang-orang di Jember kurang tahu apa itu scrap. Padahal di Indonesia, bisnis scrap
lagi marak-maraknya sekarang. Jadi, Saya harus menjelaskan dari awal
dulu. Selain itu, Saya harus menyesuaikan harga di Jember. Saya nggak
berani ambil harga terlalu mahal karena masih banyak orang yang belum
mengetahui scrapbook di sini.
Terus, kalau lagi badmood, Saya nggak bisa bekerja karena Saya harus berada dalam keadaan goodmood supaya design-nya maksimal. Saya pernah badmood dalam mengerjakan handicraft. Hasilnya, scrap Saya terlambat satu hari dari yang Saya janjikan. Belajar dari situ, Saya perpanjang waktu pembuatan scrapnya,
jaga-jaga kalau ada sesuatu. Yang awalnya 3 hari pembuatan, sekarang
jadi 5-6 hari. Lama pembuatan itu bergantung dari tema dan ukuran.
Sisanya sih kesulitan di bahan. Ada beberapa bahan yang Saya tidak bisa buat sendiri. Jadi, Saya harus lebih kreatif dalam memanfaatkan bahan yang ada. Contohnya, huruf. Huruf dari karton itu susah banget. Akhirnya, Saya print
pakai kertas foto. Kalau nggak, ya Saya bikin sendiri begitu. Tapi
semua itu seru, sih. Nggak bikin bosan, malah menantang. Apalagi, karena
ini hobi Saya, jadi Saya bahagia waktu membuat scrap. Selain itu, Saya juga punya pengalaman kerja, dan mendapat penghasilan.
Apa kamu pernah dapat pengalaman berkesan selama menjalani bisnis ini?
Berkesannya sih dari hasilnya. Saya merasa bangga kalau bisa membeli
buku pelajaran dan seragam sekolah pakai uang Saya sendiri. Selain itu,
ada yang unik juga dari pesanan orang-orang, dari dibayar menyicil
hingga dua bulan, sampai ada yang pesan scrapbook dengan harga mahal buat memikat cewek tapi ternyata cewek itu jadian sama cowok lain. Saya juga pernah mencoba memasukkan scrap
ke toko aksesoris di Jember, tapi lama-lama nggak ada kabar dari toko
itu. Dari sini, Saya belajar untuk berani mengambil risiko. Meskipun
malu ditolak sama toko-toko, tapi Saya harus mencoba. Setelah ini, Saya
berencana memasukkan scrap ke toko aksesoris lain lagi.
Selain bersekolah dan berbisnis scrap, kamu ada kesibukan lain kah?
Ada. Saya juga punya bisnis kue, yaitu bisnis klapertart. Bisnis
klapertart ini Saya mulai sejak awal tahun 2012. Saya masak
klapertartnya sendiri. Selain berbisnis, Saya melakukan persiapan untuk
masuk kuliah, seperti latihan menggambar interior dan belajar buat UN
dan SNMPTN.
Untuk membagi waktu dalam melakukan aktivitas itu, Saya mengerjakan
bisnis pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sisanya, Saya fokuskan pada
persiapan kuliah. Saya juga mengerjakan order bisnis pada waktu kosong.
Kira-kira setelah lulus SMA nanti, apa yang mau kamu lakukan, Val?
Saya mau ikut tes untuk kuliah di perguruan tinggi negeri di Surabaya dengan mengambil Jurusan Design Interior.
Saya juga mau buka bisnis klapertart yang lebih besar di Surabaya,
karena di sana banyak peminatnya, hanya saja sedikit banget yang
berjualan. Saya juga mau mengembangkan bisnis scrap di Surabaya.
Di Surabaya, Saya lebih mengembangkan bisnis scrap dari
kualitas produk, dengan meningkatkan kreativitas dan memakai bahan yang
lebih bervariasi. Kalau pasarnya sih Saya belum begitu tahu karena
banyak saingannya di Surabaya. Rencananya, Saya mau bikin bisnis scrap Saya jadi bisnis scrapcard yang dipakai untuk undangan ulang tahun, pernikahan, atau pertunangan begitu. Saya juga mau membuat scrap Saya bisa dipakai untuk momen-momen yang lebih tinggi, seperti scrapframe buat akad nikah, hadiah kelahiran bayi, dll. Soalnya, selama di Jember, rata-rata orang memesan kado ulang tahun dan anniversary.
Apa saran atau tips yang bisa kamu berikan pada anak-anak muda seumurmu yang tertarik untuk berbisnis? Terus, ada saran untuk anak-anak muda yang sudah berbisnis supaya mereka bisa mempertahankan usaha hingga waktu yang lama?
Buat anak-anak muda
yang mau membuka usaha, jangan takut dan malu untuk berbisnis mulai
dari bisnis yang kecil atau sederhana, karena dari kesederhanaan itulah
kesuksesan akan muncul. Prinsip utama dalam bekerja atau berbisnis itu
cinta. Segala sesuatunya harus didasari oleh cinta supaya apa yang kamu
kerjakan dan geluti itu tetap bersih dan berkembang positif. Jangan lupa
juga untuk selalu membawa Tuhan dalam setiap pekerjaan bisnis yang kamu
lakukan.
Buat orang-orang yang sudah terjun dalam bidang bisnis, tetap belajar menjadi kreatif dan bekerja secara inovatif.
Sumber : http://studentpreneur.co/inspirasi-dari-gadis-18-tahun-dalam-menjalani-bisnis-handicraft-yang-sukses/
